Budaya politik adalah seperangkat sikap dan praktik sosial yang terstruktur membentuk perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Sikap dan praktik sosial tersebut mencakup mitos, nilai moral, kepercayaan dan ide-ide yang bisa dipahami dengan sudut pandang demokrasi dalam berbudaya. Seperti sektor khusus dari kegiatan seni dan budaya untuk dimaknai secara luas sebagai simbolik alam semesta yang dimiliki oleh masyarakat.
Jika politik adalah “seni yang memungkinkan” maka budaya politik membantu menentukan batas-batas seni itu, karena budaya demokrasi mendefinisikan apa yang secara umum diizinkan dalam masyarakat tertentu.
Sadar akan pentingnya ideologis mereka, otoritas publik tidak netral dalam hal mendefinisikan dan mengimplementasikan kebijakan. Sehingga budaya politik menjawab pertanyaan tentang siapa yang memutuskan, siapa yang memiliki wewenang. Juga siapa yang memiliki kekuasaan dalam suatu kelompok, organisasi maupun lembaga sosial lainya, dalam masyarakat.
Dengan demikian hal ini bisa merefleksikan kondisi pemerintah, tetapi tentu saja harus melihat unsur sejarah dan tradisi yang mendasari rezim itu. Pemerintah dapat membantu bentuk opini publik melalui pendidikan, acara-acara kebudayaan dan peringatan hari-hari besar. Secara umum, sifat budaya politik kurang lebih tetap sama dari waktu ke waktu. Meskipun tetap ada masalah, karena persepsi dan tindakan masyarakat beragam. Telah diamati bahwa secara fundamental budaya dan politik suatu negara berbeda dengan negara lainya. Namun banyak teori dikembangkan oleh para ahli telah merangsang banyak penyelidikan ilmiah pada topik sosial, psikologi dan ekonomi.
Pada intinya, budaya politik adalah nilai-nilai dan kesepakatan bersama dari suatu kelompok masyarakat tentang hubungan politik mereka. Hal ini mencakup kebijakan publik untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana manusia akan hidup bersama. Untuk menjawab pertanyaan tentang siapa yang harus melakukan dengan apa dan kepada siapa dalam situasi apa. Menjawab serangkaian pertanyaan terakhir ini, jika masyarakat mengajukan pertanyaan “siapa yang mendapatkan? “Dan” apa yang memungkikann?” maka sikap mereka akan memasok sebagian besar jawaban.
Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli
Budaya ini mulai populer di tahun 1960-an terutama karena munculnya gerakan yang berusaha menemukan pola interaksi hubungan antar sosial budaya dan variabel-variabel demografik dengan menggunakan analisa statistik. Variabel disebut sikap, atau antara perilaku sosial dan variabel sikap budaya politik berbeda. Pelopor dari semua ini adalah Hans Aage sosiolog Denmark. Ia mendefinisikan sebuah variabel sikap sebagai individu yang mengungkapkan keadaan internal.
Pada tahun 1963, ilmuwan politik Amerika Gabriel A. Almond dan Sidney Verba membuat analisa statistik dalam buku mereka ‘The Civic Culture’. Salah satu penelitian terbesar mereka adalah ‘Budaya Politik’ dan pernah dilakukan di berbagai negara. Tujuannya adalah pemetakan antara hubungan sikap warga dalam fungsi negara-negara demokratis. Sebagai perangkat sosialisasi politik dan sikap mendukung proses demokrasi yang stabil.
Almond dan Verba memiliki kelompok ilmuwan yang mengukur budaya politik menurut pandangan masyarakat. Almond dan Verba percaya pada hasil sikap oleh pengaturan empat jenis pertanyaan yang akan datang. Dengan kata lain inilah sikap mereka terhadap sistem maupun berbagai komponen dan apa peran mereka dalam sistem ini. Mereka mendefinisikan budaya politik sebagai orientasi politik warga negara.
- Orientasi Kognitif, pengetahuan masyarakat tentang istilah sistem politik secara umum, seperti aspek sejarah, kapasitas, ruang, kekuatan dan legislatif.
- Orientasi Efektif, informasi masyarakat tentang struktur politik yang berlaku dan peran distribusi, elit dan kebijakan.
- Orientasi Evaluasi, pendapat dan pikiran pada sistem yang spesifik, seperti kebijakan eksekusi, struktur dan individu politisi.
- Bagaimana masyarakat merasakan diri mereka sebagai bagian dari sistem politik dan sejauh mana mereka menyadari mereka mempunyai hak dan kewajiban.
Almond dan Verba menemukan sumber demokrasi yang stabil dalam ‘budaya sipil’, yang dapat diterjemahkan sebagai budaya masyarakat kelas. Meskipun para kritikus berpendapat bahwa ‘budaya sipil’ hanyalah perumusan kembali aturan kelas. Almond dan Verba juga tidak memberikan penjelasan rinci tentang asal-usul gagasan ini. Jawaban dari empat jenis pertanyaan melahirkan tiga bentuk.
Macam Macam Budaya Politik
Gabriel Almond adalah pelopor studi modern tentang ini. Menurutnya, faktor penyebab berkembangnya budaya politik bukan hanya menghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan sejarahnya sendiri. Mereka terkait dengan jumlah nilai-nilai fundamental, perasaan dan pengetahuan yang memberikan bentuk dan konten pada proses politik. Begitu banyak pertanyaan yang diajukan, dasar argumen mereka terdapat pada perbedaan antara tiga jenis:
1. Budaya Politik Parokial
Ini adalah spesialisasi politik minimalis karena warga negaranya tidak mau terlibat dalam partisipasi politik. Dimana masyarakat tidak memiliki pemahaman tentang sistem politik nasional. Bahkan pasif dan apatis, seolah tidak menyadari keberadaan pemerintah pusat. Mereka tidak memiliki kecenderungan untuk berpartisipasi dalam proses input dan tidak memiliki kesadaran akan proses negara. Jenis seperti itu disebut masyarakat apatis.
Ciri-ciri Budaya Politik Parokial adalah:
- Ruang lingkup mereka sangat sempit.
- Sikap mereka cenderung cuek dan apatis.
- Mereka jarang berurusan dengan sistem politik.
- Pengetahuan umumnya masih sangat lemah terutama politik.
- Masyarakat sering tidak peduli dan menarik diri dari partisipasi politik.
- Rendahnya kesadaran publik dan adanya pusat otoritas negara berpontensi terjerumus pada masalah hukum.
2. Budaya Politik Subjek (Kaula)
Warga negara menyadari bahwa mereka bukan hanya sebagai partisipan dalam proses politik tetapi sebagai subjeknya. Suka atau tidak mereka sadar akan sistem pemerintahan. Yang mana masyarakat mengetahui peran pemerintah terkait pembuatan hukum, penegakan hukum dan kewajiban pajak, dll. Dalam budaya semacam ini warga tidak diajarkan untuk berpartisipasi dalam fungsi input. Bahkan kadang-kadang mereka tidak diizinkan untuk melakukannya, sehingga warga negara merasa kesulitan bagaimana mempengaruhi kinerja sistem politik.
Ciri-ciri Budaya Politik Subjek adalah:
- Mereka tetap dalam partisipasi politik yang pasif.
- Menyadari sepenuhnya terhadap otoritas pemerintah.
- Mau menerima keputusan yang tidak dapat ditentang.
- Tetap memberikan masukan dan permintaan pada pemerintah meskipun telah menerima aturan dari pemerintah.
- Dengan sadar memperhatikan kepentingan publik dalam sistem politik, meskipun pengaruhnya sebagai aktor politik masih agak lemah.
3. Budaya Politik Partisipan
Dalam jenis budaya ini, masyarakat cukup tertarik untuk berpartisipasi dalam sistem politik dan memengaruhi kerjanya. Mereka selalu sibuk membuat tuntutan pada sistem dan ingin selalu terlibat dalam pengambilan keputusan. Mereka bergerak mengembangkan sikap tertentu terhadap sistem itu. Partai politik dan Ormas termasuk dalam kategori ini dan memutuskan sendiri peran apa yang dapat mereka mainkan sebagai peserta.
Ciri-ciri Budaya Politik Partisipan adalah:
- Sadar tentang hak-hak dan tanggung jawab mereka pada politik.
- Kehidupan politik di tengah masyarakat hanya sebagai transaksi.
- Meski tidak semata-mata menerima, tetapi mau memberikan penilaian terhadap objek politik.
- Memiliki kepedulian tinggi sebagai warga negara yang aktif dan memainkan peran dalam partisipasi politik.
Demokrasi akan menjadi sangat stabil jika budaya politik merupakan campuran dari ketiga bentuk di atas. Ini adalah ‘budaya sipil’, yaitu masyarakat yang aktif dalam partisipasi politik tetapi juga ada minoritas pasif. Faktor-faktor ini bersama-sama menstabilkan sistem.
Faktor Penyebab Berkembangnya Budaya Politik
Tidak mesti bahwa semua kelompok yang tinggal di negara tertentu sama maju; beberapa mungkin lebih maju, sementara yang lain mungkin kurang maju. Oleh karena itu kelompok-kelompok lebih maju, mengembangkan budaya partisipan sementara lainya masih mempertahankan subjek atau budaya parokial.
Faktor penyebab berkembangnya budaya politik di banyak negara karena terdapat kelompok etnis yang berbeda di dunia. Perbedaan itu di antara mereka berkembang karena perbedaan dalam pendidikan, pelatihan, latar belakang ekonomi dan sosial. Budaya politik adalah metode penting untuk menilai perkembangan dan modernisasi suatu negara. Ini telah membuat kontribusi signifikan bagi Ilmu Politik. Prof. S.P. Verma menyoroti lima faktor penyebab berkembangnya budaya politik, kontribusi utama dari pendekatannya adalah:
- Menjadikan Ilmu Politik sebagai ilmu sosial yang lebih lengkap.
- Memfokuskan perhatian pada kelompok studi politik atau masyarakat berbeda dengan demikian individu total berada pada sistem partisipasi politik.
- Mendorong para ilmuwan untuk mengambil studi tentang faktor sosial dan budaya yang bertanggung jawab untuk memberikan budaya luas dari suatu bentuk negara luas.
- Membantu kita dalam menggabungkan studi tentang faktor-faktor nasional untuk membentuk tindakan individu secara luas.
- Pendekatan membantu kita memahami mengapa masyarakat tertentu terpaksa bergerak ke arah perkembangan budaya lain. Karena mungkin perkembangan politik mereka sendiri sedang ditemukan dalam kendala menderita parah tentang sosial, ekonomi serta politik, yang menjerumuskan mereka bergerak menuju pembusukan politik.
Meskipun demikian, dalam banyak penelitian budaya politik sering dicirikan secara nominal. Namun sebenarnya semua ini adalah produk dari banyak faktor yang saling terkait. Sehingga para ahli berbicara tentang budaya negara, lembaga, perusahaan, kelompok dan masyarakat. Tradisi serta perubahan unsur-unsur modern dalam budaya dan politik berada di bawah pengaruh faktor-faktor ini. Kajian tentang faktor-faktor ini sangat penting untuk memahami macam-macam budaya politik.