Diluar cerita Legenda Keris adalah sebuah senjata tikam yang berasal dari Indonesia, Malaysia dan Filipina dengan bilah tajam di kedua sisinya. Bentuknya ada yang lurus dan ada yang bergelombang (luk) dimana diyakini ada kekuatan mistik didalamnya. Benda pusaka ini sering dipakai sebagai tanda otoritas atau martabat. Di Indonesia, keris dianggap sebagai salah satu benda suci (pusaka) keluarga, trah, dinasti atau kerajaan yang hingga kini masih dikeramatkan.
Di posting ini saya akan menulis beberapa legenda yang mengisahkan keris sebagai kekayaan non-bendawi. Jadi kita bicarakan dulu cerita-cerita legenda sebagai kekayaan lisan, meskipun akankah sebuah cerita bisa memperkuat argumen tentang eksoterik dan esoterik keris, di halaman lain nanti kita bahas.
Legenda Keris Mpu Gandring
Legenda Keris Mpu Gandring adalah kisah tentang pusaka legendaris yang terkenal dengan kutukannya. Keris tua ini dibuat oleh pembuat keris terkenal yang bernama Mpu Gandring yang diduga hidup di abad ke-11. Dia terbunuh oleh ciptaannya sendiri dan sebelum kematiannya, dia mengutuk keris itu. Kisah tentang Keris Mpu Gandring ditulis di Kitab Pararaton (Kitab Raja-raja). Sebuah manuskrip yang ditulis dalam bahasa Kawi ini bagian terakhir dari teksnya tertulis antara tahun 1481 dan 1600 M. Naskah tersebut tercatat dalam sejarah raja-raja kerajaan Singhasari (1222-1292) dan Majapahit (1293-1500).
Kiasah awal Legenda Keris Mpu Gandring ini menggambarkan kutukan Sang Empu pada pelanggan yang tidak sabaran, Ken Arok, pada masa akhir kerajaan Kediri. Pelanggan tersebut memesan sebuah keris yang ampuh untuk menyingkirkan Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. Ken Arok akhirnya menikam Mpu Gandring hingga meninggal karena ia terus menunda penyelesaian kerisnya. Dalam keadaan sekarat, Mpu mengutuk keris dan menubuatkan bahwa keris yang belum selesai itu akan memakan tujuh korban, termasuk Ken Arok. Dari sinilah certa Legenda Keris ini berawal.
Ken Arok menggunakan keris Mpu Gandring untuk menyingkirkan Tunggul Ametung. Dan kemudian dengan ceroboh menyalahkan Kebo Ijo dan membangun kerajaan baru Singosari. Nubuat itu akhirnya menjadi kenyataan dengan rangkaian kematian termasuk Mpu Gandring sendiri, Tunggul Ametung. Kemudian Kebo Ijo denga cara Ken Arok meminjamkan senjatanya dan terakhir Ken Arok sendiri. Akhirnya Keris yang belum selesai itu hilang.
Versi lain dari kisah Legenda Keris tersebut digambarkan pusaka yang diturunkan ke anak tiri Ken Arok Anusapati. Dan pada gilirannya meghabisi ayah tirinya setelah dia menyadari bahwa ayah tirinya dihabisi oleh Ken Arok dengan keris yang sama. Perseteruan berdarah terjadi dan berlanjut sampai masa pemerintahan Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singosari.
Legenda Keris Taming Sari
Taming Sari (perisai bunga) adalah salah satu keris yang paling terkenal dalam literatur Melayu, yang dikatakan sangat terampil sehingga ada yang memegangnya tak kan terkalahkan. Dalam beberapa versi Legenda Keris, senjata tersebut akan memberi kekebalan fisik penggunanya. Legenda itu terjadi sekitar saat jatuhnya kerajaan Majapahit dan bangkitnya Kesultanan Malaka.
Kisah Legenda Keris Taming Sari ini bersumber dari buku Tun Sri Lanang dan Sejarah Melayu. Buku ini menceritakan bahwa keris Taming Sari tersebut dibuat oleh seorang Mpu Jawa dan pertama kali digunakan oleh jawara Majapahit, seorang pendekar bernama Taming Sari. Dia dikalahkan oleh Melakan Hang Tuah dalam duel sampai mati. Dan kemudian setelah itu raja Majapahit menganugerahkan keris kepada sang pemenang.
Karena dihasut petugas yang cemburu, Hang Tuah diperintahkan untuk dieksekusi oleh Sultan Mansur Syah. Namun dia berhasil melarikan diri dan bersembunyi dengan bantuan seorang menteri yang tahu hal sebenarnya. Keris dan kerudung dari Tsu Tuah diwariskan pada Hang Jebat sahabat karib Hang Tuah. Yang menarik dari Legenda Keris ini Hang Jebat memberontak melawan Sultan karena mengeksekusi sahabatnya tanpa pengadilan yang adil.
Hang Tuah, yang setia kepada Sultan, keluar dari persembunyian untuk menghentikan temannya. Mereka bertengkar di istana, karena Hang Jebat telah mengambil alih istana dengan bantuan keris itu. Hang Tuah tahu bahwa Hang Jebat tidak bisa dikalahkan saat memegang Taming Sari, dia tahu betul Legenda Keris itu. Jadi dia menipu Jebat dengan mengatakan kepadanya bahwa Taming Sari akan hancur dan Jebat melepaskannya. Kini, Jebat tidak lagi memegang senjata legendaris tersebut, dan ditikam oleh Tuah. Baru setelah mengambil senjatanya kembali Hang Tuah berhasil menusuk Jebat, yang meninggal tak lama kemudian. Tapi meskipun Jebat terbunuh tidak ditulis bahwa nama keris itu diganti dengan Taming Sari Jebat.
Legenda Keris Setan Kober
Ini adalah cerita Babad Tanah Jawa yang mengisahkan Arya Penangsang. Raja muda perkasa (adipati) Jipang yang terbunuh oleh kerisnya sendiri, Setan Kober. Keris ini ditempa oleh Mpu Supo Mandrangi dari Tuban. Menjelang selesai ketika Mpu mencoba menanamkan kekuatan spiritual pada keris tersebut, dia diganggu oleh setan yang menangis (Jin) dari kuburan. Akibatnya, Legenda Keris ini memiliki sifat jahat temperamental yang berpengaruh terlalu ambisius dan tidak sabaran.
Cerita Legenda Keris Setan Kober ini terjadi pada saat jatuhnya Kesultanan Demak yang telah menggantikan Majapahit sebagai penguasa Jawa. Setan Kober dijaga dengan aman oleh Sunan Kudus, sala satu dari sembilan sunan di Jawa. Namun Sunan Prawoto, putra Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, mencurinya dan menggunakannya untuk menghabisi pamannya Raden Kikin (Sekar Seda Lepen, bunga yang jatuh di tepi sungai).
Dalam cerita Legenda Keris ini diceritakan Raden Trenggana bangkit sebagai sultan yang setelah kematiannya, digantikan oleh Sunan Prawoto. Putra Kikin, Arya Penangsang dari Jipang dengan bantuan gurunya, Sunan Kudus, membalas dendam dengan mengirim utusan untuk menghabisi Sunan Prawoto dengan keris Setan Kober. Diceritakan juga, dalam Legenda Keris Setan Kober bahwa adik perepuan Prawoto, Ratu Kalinyamat berusaha membalas dendam, karena Arya Penangsang juga menghabisi suaminya. Dia mendesak saudara mertuanya, Hadiwijaya (Joko Tingkir) penguasa Pajang, untuk mengenyahkan Arya Penangsang. Hadiwijaya mengirim anak angkat dan menantunya Sutawijaya, yang kemudian menjadi penguasa pertama dinasti Mataram.
Selama pertepuran, Sutawijaya menikam Penangsang dengan tombak Kyai Plered tepat di perutnya. Karena Legenda Keris ini mempunyai pengaruh yang kuat Arya Penangsang membiarkan dirinya mandi darah dengan usus keluar dari perutnya. Namun karena Arya Penangsang adalah seorang pejuang perkasa yang memiliki kesaktian, dia pantang menyerah. Dia melilitkan ususnya yang menggantung di gagang keris dan terus bertarung. Di sinilah Legenda Keris Setan Kober diceritakan bahwa pusaka itu membawa pengaruh buruk. Saat mencoba menyerang lawannya, Panangsang yang ceroboh, ganas dan tidak sabar menarik Setan Kober dari sarungnya. Tndakan bodoh ini bodoh tentu saja memotong ususnya sendiri dan mati.
Pengaruh Legenda Keris Dalam Tradisi Jawa
Tradisi Jawa menempatkan karangan bunga melati di sekitar gagang keris, terutama pada keris pengantin pria saat upacara pernikahan. Konon ini berasal dari kisah Legenda Keris Setan Kober. Ini untuk melambangkan bahwa pengantin pria seharusnya tidak sembrono, mudah marah, tidak sabar atau kasar seperti Arya Panangsang. Kerisnya digantungi dengan karangan bunga dari rangkaian melati yang menyerupai usus. Melati adalah untuk melambangkan kesucian, kesabaran, rahmat, kerendahan hati, kebaikan, kebajikan dan kualitas yang Arya Panangsang tidak punya.
Namun sumber lain menyebutkan bahwa Sutawijaya mengagumi semangat Arya Penangsang, masih kuat berjuang dengan usus yang melilit di kerisnya. Karena terkesan dengan Arya Penangsang, dia memerintahkan keturunan laki-lakinya untuk mengikuti langkahnya, menghiasi keris dengan “usus” yang terbuat dari untaian melati, sebagai simbol keberanian. Demikianlah Legenda Keris yang beredar turun temurun hingga saat ini.